Monday, November 15, 2010

Mewah dan berkarakter


Setidaknya dalam 3 pekan terakhir, di tengah isu kenaikan tarif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan harga minyak dunia, empat mobil mewah diluncurkan.

Lamborghini membuka geliat pasar mobil premium pada kuartal IV/2009 dengan merilis New Gallardo LP 560-4 Spyder, disusul BMW 730Li Comfort, Mercedes-Benz New Generation S-Class dan Porsche Panamera.

Keempat mobil ini semuanya dibanderol diatas Rp1 miliar per unit. Bahkan, Lamborghini melego varian baru Gallardo sebesar US$588.000 atau Rp5,64 miliar (off the road). Kalau ditambah rupa-rupa pajak, termasuk PPnBM, harganya bisa menembus Rp6,5 miliar per unit.

Sepertinya pasar mobil premium tidak kenal krisis. Peminatnya selalu ada, berapa pun harga kendaraan tersebut ditawarkan. Padahal, mobil-mobil premium ini mengusung mesin bertenaga besar yang terbilang boros bahan bakar.

“Kami bersyukur, meski ada krisis, penjualan kami cukup bagus dan target tahun ini sebanyak 12 unit untuk seluruh model optimistis tercapai,” kata Endy Kusumo, Chief Operating Officer PT Artha Auto, agen tunggal pemegang merek Lamborghini di Indonesia usai merilis New Gallardo LP 560-4 Spyder, baru-baru ini.

Optimisme Endy mengenai penjualan mobil super sport asal Italia tersebut menunjukkan betapa konsumen di segmen premium ini sangat loyal. Padahal, sesuai dengan klaim Lamborghini, produk yang mereka tawarkan menempati kasta tertinggi di segmen mobil sport mewah.

Manisnya penjualan mobil premium di pasar domestik tampaknya berkaitan erat dengan karakteristik masyarakat Indonesia. Di segmen pasar yang sempit ini, ketika membeli mobil konsumen tak hanya melihat dari sisi harga, tetapi juga segi emosional dan gengsi.

Endy mengakui segmen pasar mobil mewah tidak sensitif terhadap fluktuasi kurs dolar mengingat dukungan finansial konsumen yang cukup kuat. Hal ini sangat beralasan sebab sebagian besar konsumen mobil mewah berasal dari kelompok pengusaha, konglomerat, pengacara, dan minim birokrat.

Helena Abidin, Director of Corporate Communications PT BMW Indonesia mengatakan karakter pengguna mobil premium saat ini tidak hanya berasal dari kalangan usia tua yang mapan dan memiliki jiwa muda, tetapi juga kelompok generasi muda. Kedua kelompok ini umumnya memiliki kesamaan karakteristik yakni menyukai kecepatan, kenyamanan, disain dan teknologi performa tinggi.

“Tentu umumnya mereka berada di posisi pemegang tampuk kepemimpinan, pemegang kendali bisnis. Meski kecil jumlahnya, ada juga yang berasal dari pemerintahan, korps diplomatik,” ujarnya.

Bagi sebagian penggunanya, mengendarai mobil mewah-baik itu jenis sport premium maupun SUV premium, coupe premium-tak hanya untuk meningkatkan status sosial, tetapi juga memenuhi hobi memacu adrenalin.

Helena menjelaskan beberapa karakter yang dimiliki konsumen BMW di antaranya lebih menyukai tantangan, tidak cepat berpuas diri dan mencoba mencari tantangan baru yang membuat hidup berarti, mampu beradaptasi dengan teknologi, kemajuan zaman, dan mencintai kecepatan.

Bicara mengenai kecepatan mobil sport premium, kasta tertinggi Panamera, varian Turbo yang menghasilkan tenaga 500 dk mampu dipacu 0-100 km/jam hanya dalam waktu 4,2 detik dengan kecepatan maksimum 303 km/jam. Adapun, BMW 730Li Comfort mengusung mesin 6 silinder tanpa turbo menghasilkan tenaga 258 dk mampu berakselerasi 0-100 km/jam hanya dalam waktu 7,8 detik dengan kecepatan maksimum 245 km per jam.

Sementara itu, Laborghini Gallardo LP 560-4 Spyder mengusung mesin berkapasitas 5.200 cc, V10 dan tenaga 560 PS pada putaran 8.000 rpm, mencatat akselerasi 0-100 km dalam tempo 4 detik. Mobil ini dapat dikebut dengan kecepatan maksimum 324 km/jam.

“Boleh dibilang konsumen itu jauh lebih mengerti teknologi, pengetahuan mereka sudah seperti komputer hidup, jadi tidak perlu capai-capai menjelaskan ke konsumen. Karakter pembeli mobil di kategori ini lebih menyukai layanan secara personal,” papar Endy. Karakter mobil

Dia menegaskan karakter jiwa pemberontak yang melekat pada mobil Lamborghini menjadi salah satu alasan yang mendorong konsumen untuk memilih kendaraan berlambang banteng ini.

“Lamborghini diciptakan memberontak. Genetika Lamborghini ini bisa memengaruhi calon pembeli untuk memilih merek tersebut, bukan ke merek lainnya,” paparnya.

la4

Dengan harga yang selangit, pembelian mobil-mobil premium umumnya dilakukan dengan sistem pembayaran tunai, kendati ada sebagian kecil yang memilih inden atau menggunakan lembaga keuangan.

“Ada yang tidak ke showroom pun melakukan transaksi. Ada juga yang datang lalu membeli. Kalangan ini sangat antik. Di sini tidak ada satu rumus yang tepat untuk menggambarkan karakter konsumen sport premium car,” jelas Endy.

Salah satu konsumen mobil mewah adalah pengusaha yang bergerak di bidang properti, Ali Kusno Fusin. Dia sudah 4 tahun memiliki mobil Bentley tipe Brooklands buatan 1995. Dia membelinya seharga lebih dari Rp1 miliar. “Harga barunya sekarang lebih dari Rp2 miliar,” katanya.

Menurut dia, di Jakarta ada beberapa orang yang memiliki Bentley dengan berbagai tipe seperti Arnage, Axure T-series dan Continental yang semuanya buatan Inggris. Kenapa memilih Bentley? “Karena mesinnya besar, 6000 cc. Tenaganya kuat.”

Mobil ini jarang digunakan Ali Kusno. Belum tentu sebulan sekali dia menggunakannya. Justru yang menggunakan adalah para tamunya, terutama yang datang dari luar negeri untuk urusan bisnis. Dia mengaku hanya sekali-kali memakainya.

Untuk aktivitas sehari-hari dia menggunakan BMW seri 735 atau Mercy 320. Dia juga pernah memiliki dua Jaguar seri Daimler dan XJ6, tetapi dilepas karena tak ada tempat lagi untuk menaruhnya.

la5

Dia menyukai model Jaguar yang dinilainya bagus dan klasik. Dia juga membeli Bentley dengan alasan hobi. Mobil tersebut memiliki interior yang dikerjakan dengan tangan. Untuk urusan suku cadang, dia tidak sulit mendapatkannya karena cukup tersedia di Jakarta. Di Indonesia diperkirakan ada sekitar 100 unit Bentley.

Ali sekali-sekali mengendarai sendiri mobil Bentley-nya. Duduk di belakang kemudi, dia bisa merasakan tarikan mesinnya yang kuat, kencang, dan sangat stabil. Dia pernah membawanya ke luar kota dengan konsumsi bahan bakar pertamax plus satu berbanding tiga atau empat.

Mobil-mobil mewah tersebut memiliki karakternya masing-masing. Dia menyebut BMW terasa enak jika disetir sendiri, sementara Mercy lebih nyaman dinikmati dengan duduk di belakang.

“Mobil seperti ini sudah tentu nikmat. Tinggal suka yang mana? Semua sudah bagus dan mantap.” Seperti sebuah ungkapan, ‘uang memang tidak bohong’.

No comments:

Post a Comment